Selamat Datang di Blog saya semoga bermanfaat

Kamis, 19 Maret 2009

Monumen Mandala, Bukti Sejarah Soeharto di Makassar

MESKIPUN lahir di Kemusuk, Argomulyo, namun mantan Presiden Soeharto tak bisa dipisahkan dari Makassar. Tahun 1960-an silam, ia telah menorehkan sejarah di kota ini tatkala menjadi Deputi Wilayah Indonesia Timur dan Panglima Komando Mandala SIKAP Pemerintah Belanda yang tidak bersedia menyelesaikan konflik Irian Barat melalui forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuat pemerintah Republik Indonesia gerah.

Saat itu, tahun 1961, pemerintah RI menegaskan tidak bersedia lagi melakukan perundingan. Makanya, ketika itu, pemerintah RI menitikberatkan perjuangan pembebasan Irian Barat dalam bidang militer.

Sebagai tindak lanjut dari sikap pemerintah RI, pada tanggal 19 Desember 1961 di Alun-alun Yogyakarta, Presiden Soekarno mengkomandokan Tri Komando Rakyat yang belakangan lebih lazim disebut Trikora.

Isinya; Gagalkan pembentukan negara boneka buatan Belanda, Kibarkan sang saka merah putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia, serta Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

Sebagai tindak lanjut Trikora, di seluruh Indonesia dilakukan mobilisasi umum dalam rangka pembebasan Irian Barat. Kekuatan cadangan nasional pun demikian.

Namun sebelum itu, kampanye melalui rapat raksasa juga dilakukan. Bahkan pada 4-8 Januari 1962, bertempat di lapangan Karebosi, diadakan rapat raksasa dalam rangka pembebasan Irian Barat.

Rapat itu dihadiri langsung Presiden Soekarno, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal AH Nasution, serta Panglima Daerah Militer XIV/Hasanuddin. Saat itu, Soekarno menyerukan ”Rebut Irian Barat Sebelum Ayam Berkokok”.

Setelah Trikora dikomandokan, pada tanggal 2 Januari 1962, Soekarno membentuk Komando Mandala untuk membebaskan Irian Barat bersifat gabungan. Itu disusul dengan pelantikan Mayjen Soeharto sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur dan Panglima Komando Mandala.

Saat itulah, Soeharto resmi bertugas di Makassar dan akhirnya setelah melalui serangkaian peperangan, Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Untuk mengenang sejarah pembebasan Irian Barat, maka pada tahun 1994, Monumen Mandala pun dibangun. Peletakan batu pertama oleh Menkopolkam Soesilo Sudarman pada tanggal 11 Januari 1994.

Setahun kemudian, tepatnya 19 Desember 1995, monumen ini pun diresmikan oleh Presiden Soeharto yang tak lain Panglima Komando Mandala.

”Sebelum dibangun di Makassar, Monumen Mandala juga sudah berdiri di Manado. Makanya saat itu, setelah melalui pembicaraan alot dan dengan pertimbangan bahwa Makassar merupakan pusat markas pembebasan Irian Barat, akhirnya Monumen Mandala pun dibangun.

Tempat yang dipakai untuk monumen pun bekas markas. Jadi ini dibangun sebagai monumen peringatan,” kata sejarawan Sulsel, Dr Edward L Polinggomang, di rumahnya petang kemarin.

Menurut Edward, monumen tersebut dibangun oleh Kodam VII Wirabuana. Meski begitu menurutnya, kemungkinan besar, Soeharto juga punya andil, termasuk memberikan idenya. Tapi menurutnya itu wajar saja, sebab Makassar memang sempat menjadi pusat militer.

”Saya juga ikut bicara di awal pembangunan monumen tersebut. Saat itu saya baru pulang dari Belanda. Dulunya, di situ (Monumen Mandala, red) merupakan markas kepolisian yang dipindahkan ke Sudiang,” katanya.

Terkait Soeharto sendiri, dosen Unhas ini menegaskan kariernya di militer juga terdongkrak tak lepas dari keberhasilannya menjadi komandan pembebasan Irian Barat.

”Ia menjadi populer setelah kembali ke Jakarta. Di Makassar sendiri ia tinggal dari tahun 1962 hingga Irian Barat diserahkan Pemerintah Belanda ke Indonesia.

Makanya tak bisa dipungkiri jika pembebasan Papua merupakan andil besar Soeharto,” kata Edward seraya melanjutkan bahwa di Makassar, Soeharto dekat dengan keluarga BJ Habibie yang belakangan menggantikan dirinya sebagai Presiden di era Reformasi.

Karena begitu bermaknanya monumen ini, Edward pun menyinggung sedikit soal demonstaasi yang kerap dilakukan warga dan mahasiswa Papua di Makassar.

Menurutnya, jarang sekali mahasiswa Papua berdemo di luar dari Monumen Mandala.
Monumen Mandala yang tingginya 75 meter sendiri terbagi dalam empat lantai.

Masing-masing lantai berisi simbol-simbol perjuangan pembebasan Irian Barat dan perjuangan rakyat Sulsel, termasuk zaman Pahlawan Nasional, Sultan Hasanuddin. Di lantai III monumen tersebut merupakan ruang kerja Soeharto selaku panglima Mandala.

Di situ juga terdapat peta Irian Barat, foto-foto persiapan pemberangkatan ke medan tugas, tanda jabatan, serta pakaian yang dipakai saat operasi Mandala.

”Di dalamnya bagus, ada relief riwayat perjuangan untuk kemerdekaan di Sulsel, Makassar dan daerah lainnya. Ada juga museum, namun kurang populer,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Pembinaan Mental Kodam VII Wirabuana, Letkol Suhatno Hari mengatakan, pembangunan monumen untuk mengenang perjuangan di Irian Barat tak lepas dari dukungan pusat.

”Selain itu ada juga sumbangan dari Tommy Soeharto Rp1 miliar, Pak Jusuf Kalla, Andi Sose dan pengusaha Sulsel lainnya. Jadi itu merupakan produk asli Sulsel,” katanya seraya melanjutkan bahwa untuk relief dan ornamen museum di bawah kendali Kolonel Sarnata dari Siliwangi

1 komentar: